Cibinong – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat
Riset Limnologi dan Sumber Daya Air, Organisasi Riset Kebumian dan Maritim menyelenggarakan
Webinar Mingguan bertema “Perkembangan Riset dan Inovasi Bidang Air Minum, Sanitasi
dan Higiene dalam Hubungannya dengan Status Kesehatan Masyarakat di Indonesia”,
pada Kamis (16/06).
“Menurut hasil survey cepat stake holder di daerah, teknologi air minum dan sanitasi
ternyata sangat diminati dan diinginkan diseminasinya ke masyarakat luas, mungkin
bisa dijadikan catatan bagaimana kelompok riset ini mengaplikasikan teknologinya,”
ujar Dr. Hidayat, M. Sc. selaku Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air saat membuka langsung webinar.
Webinar menghadirkan narasumber Prof. Sri Irianti, SKM, M.Phill, Ph.D., Periset
dari Kelompok Riset Air Minum dan Sanitasi dan dimoderatori oleh Daniel Putra
Pardamean Mbarep, ST. MSi, Periset dari Kelompok Riset Air Minum dan Sanitasi.
Prof. Sri Irianti, SKM, M.Phill, Ph.D., dalam paparannya mengungkapkan air minum,
sanitasi dan higiene merupakan 3 elemen yang saling berkaitan dari aspek kuantitas,
kualitas, kontinuitas dan keterjangkauan yang selanjutnya dikenal dengan WASH.
Secara sistem WASH meliputi 9 komponen yaitu institusi, kebijakan dan legislasi,
perencanaan, pembiayaan, regulasi dan akuntabilitas, monitoring, infrastruktur,
sumberdaya air, serta pembelajaran dan adaptasi. “Pada saat ini masih banyak kendala
di berbagai bidang, karena WASH milik multi sektor, oleh karena itu dengan adanya
inisiatif kelompok riset ini ingin menyumbangkan peran kita sebagai periset di
bidang WASH untuk mengisi kesenjangan,” papar Irianti.
Lebih lanjut Irianti menerangkan bahwa WASH sangat penting terhadap kesehatan
masyarakat karena 29% penduduk dunia bergantung pada sumber air minum yang terkontaminasi,
2 milyar penduduk dunia tidak menggunakan sarana sanitasi yang dilengkapi dengan
sarana pengolahan tinja, 3 milyar penduduk tidak mempunyai sarana cuci tangan
pakai sabun dan air yang mengalir, WASH mempunyai peran melalui pencegahan penyakit
melalui air (water related diseases).
“Oleh karena itu diperlukan riset dan inovasi bidang WASH untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapi baik secara global maupun nasional agar status kesehatan masyarakat optimal,” jelas Irianti.
Irianti juga menyampaikan penyakit berbasis WASH (diare) sebagai penyebab kematian
secara global sebanyak 3,3%, Disability Adjusted Life Years (DALYs) sebanyak 4,6%
dan Intervensi WASH cost effective sebanyak 5-6 kali. Sedangkan kondisi WASH berdasarkan
tingkat layanan secara global menurut WHO/UNICEF saat ini adalah 2 milyar penduduk
tidak akses air minum yang aman, masih terjadi disparitas antara desa dengan kota,
3-6 milyar penduduk tidak akses sanitasi yang aman, 2,3 milyar penduduk tidak
akses sarana higiene dasar/CTPS.
Pada akhir paparannya Irianti menyimpulkan riset dan inovasi yang ada di Indonesia
secara nasional masih berkisar di survey cross sectional sehingga tidak dapat
mengetahui hubungan kausal antara WASH dan penyakit, belum banyak riset dan inovasi
di bidang WASH yang diterapkan untuk mengatasi masalah akses, kuantitas, kualitas
dan keterjangkauan layanan WASH, pendanaan riset dan inovasi bidang WASH masih
sangat terbatas.
Dengan demikian dibutuhkan riset dan inovasi bidang WASH secara berkelanjutan yang mencakup fokus area riset air minum dan sanitasi, mitra kerjasama potensial untuk pengembangan sistem WASH dan kualifikasi sumber daya manusia yang dibutuhkan. (aa/ ed.sl)