Sambut Hari Air Sedunia, LIPI Tawarkan Teknologi Pengelolaan Terintegrasi Antar Sektor Guna Mengatasi Siklus Air dan Pencemaran

 


Cibinong, Humas LIPI. Adalah sebuah hal yang tak terbantahkan bahwa keberadaan air sangat penting bagi kehidupan mahkluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain “Manfaat air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri dan menunjang kehidupan manusia lainnya. Termasuk pula hewan dan tumbuhan memanfaatkan air untuk menunjang kehidupannya,” ungkap Iwan Ridwansyah, Peneliti Pusat Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada Senin (22/3), yang bertepatan dengan Hari Air Sedunia atau World Water Day XXIX.

Dirinya menerangkan, sesungguhnya air tidak hanya dimanfaatkan untuk kehidupan manusia saja, perlu diperhatikan pula siklus air (water cycle) yang menjadi sangat penting untuk dijaga. Siklus air atau biasa disebut juga daur hidrologi, diartikan sebagai sirkulasi air yang bergerak dari laut ke atmosfer, atmosfer ke tanah, dan kembali ke laut lagi atau perpindahan air permukaan bumi dari satu tempat ke tempat lainnya hingga kembali lagi ke tempat ia berasal.

Menjadi proses yang alamiah jika siklus air selalu berulang dari waktu ke waktu, meski dengan berbagai variasi, pergeseran waktu dan intensitasnya, namun pada akhirnya jumlah debit air tetap sama. Selanjutnya tergantung manusia apakah bisa mengelola air dan siklus tersebut sehingga memberikan manfaat maksimal, tanpa harus menjadi bencana.

“Siklus air akan menjadi sumber bencana, jika pada saat musim basah air yang berlebih akan memicu bencana hidroklimatologi, sedangkan pada musim kering bencana kekeringan akan melanda dan dapat mengakibatkan manusia terganggu dalam memenuhi kebutuhannya,” papar Iwan. “Untuk itu,  sangat penting menjaga siklus air dan kualitas perairan di Indonesia selalu dalam kondisi baik dan dapat digunakan oleh masyarakat,” imbuh Iwan.
Selain siklus air, Iwan menekankan pula bahaya pencemaran air yang merupakan suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. “Air yang seharusnya bersih dan bisa digunakan untuk berbagai aktivitas seperti irigasi, pemenuhan kebutuhan air bersih bagi manusia namun mengalami kerusakan. Kerusakan bisa dicermati dari sifat air itu sendiri. Air sudah tidak jernih lagi, cenderung berbau, berwarna, keruh dan tentunya tidak layak untuk dikonsumsi,” rinci Iwan.

Menyambut Hari Air Sedunia tanggal 22 Maret 2021, Iwan menginformasikan bahwa LIPI juga memiliki teknologi yang tepat dalam menjaga siklus air dan pencemaran, yaitu pengelolaan yang terintegrasi antar sektor sehingga pembangunan dilakukan berdasarkan arahan perencanaan berdasarkan siklus air dan bahaya pencemaran. Untuk di pemukiman, teknologi yang dapat digunakan adalah dengan sumur resapan sedangkan untuk lahan pertanian dengan teknologi konservasi tanah dan air (KTA) yang berguna untuk memperbaiki kesetimbangan air/water balance. Sementara untuk masalah pencemaran, teknologi yang dapat dimanfaatkan adalah Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).

Iwan berharap, “Ke depan masyarakat dapat ikut berperan serta dalam menjaga siklus air dan tidak mencemari perairan di wilayahnya masing-masing, misalnya dengan tidak membuang sampah langsung ke perairan, tidak mempersempit saluran/badan air, menjaga wilayah-wilayah peresapan air, dan tidak mengambil air tanah secara berlebihan," tutup Iwan. (SHF ed SL)