Cibinong Humas LIPI. Mikroalga dikenal sebagai bahan baku pangan, pakan, aquaculture, kosmetika dan fine chemicals. Biomassa mikroalga mengandung 50%
protein dan yield sebesar 20 kali lipat dibandingkan kedelai. “Menjadi menarik jika mikroalga dijadikan sebagai alternatif untuk sustainable
production yang menghasilkan biodiesel dan bienergi. Saat ini, produksi biomassa mikroalga masih rendah sekitar 9000 ton/bk pertahun sehingga harga jual masih cukup tinggi, “ungkap Dr. Awalina, Peneliti Puslit Limnologi-LIPI pada Webinar Microalgae Biorefinery Series dengan
tajuk “Teknologi Kultivasi Mikroalga” (25/11).
Awalina menjelaskan biomassa mikroalga yang mengandung karatenoid berguna dan berpotensi dikembangkan sebagai produk komoditi industri. “Produksi biomassa dari mikroalga dapat menjadi alternatif bahan bakar dari turunan petrokimia yang sudah mulai menipis saat ini. Tetapi biaya produksi biomassa mikroalga masih tinggi dibandingkan biaya produksi kelapa sawit. Sehingga kita berusaha mencari teknologi yang cocok agar dapat bersaing dengan kapasitas produksi kelapa sawit,” papar Awalina.
Awalina menambahkan. saat ini Puslit
Limnologi LIPI sedang mengembangkan teknologi wahana kultivasi mikroalga berupa fotobioreaktor untuk mikroalga. Penelitian ini didukung oleh Program Prioritas Riset Nasional-Mikro
dan Makroalga Laut Strain Asli Indonesia (PRN Malsai)-Rispro Mandatory Ristek BRIN tahun 2020 “Kami akan terus
mengembangkan lebih lanjut teknologi Fotobioreaktor ini dan menciptakan inovasi sehingga mendapatkan hasil yang lebih optimum ekonomis,” pungkas Awalina. (YLI
ed SL)